NCW

Breaking News

Isu Beras Plastik, Kapolri: Hasil Penelitian Negatif

Kapolri Jenderal Badrodin Hati menggelar jumpa pers didampingi, Kepala BIN Letjen Marciano Norman, Menperindag, Rahmat Gobel, Mentan, Amran Sulaiman dan Kepala BPOM, Roy Alexander Sparringa
Jakarta, Laras Post - Kapolri Badrodin Haiti menggelar jumpa pers di istana Negara, Jakarta, perihal isu beras plastik , Selasa (26/5) sore. Bermula berdasarkan hasil laporan warga bernama Dewi Septiani, Kota Bekasi menemukan beras yang dimasak namun seperti nasi basi dan setelah makan nasi itu pelapor langsung muntah-muntah. Berdasarkan kecurigaan warga itu, selanjutnya warga melapor ke aparat penegak hukum di wilayah terkait, ujar Kapolri.

Berdasarakan laporan warga itu pihak kepolisian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi menelusuri kejadian itu serta mengambil sample untuk di uji di laboratorium Sucopindo. Berdasarkan pengujian itu pihak Sucopindo menggelar jumpa pers bahwa beras tersebut palsu. 
Selanjutnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) turun tangan dan mengambil sampel itu terus mengadakan hasil uji Lab. 

�Hasil pemeriksaan laboratotium forensik kemudian Laboratorium Badan POM, laboratorium di kementerian Perdagangan dan kementerian Pertanian itu negatif, tidak ada unsur plastik dari hasil pemeriksaan laboratorium itu,� kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti kepada wartawan di kantor Presiden, Jakarta.

Kapolri meminta masyarakat untuk tidak resah menghadapi isu tersebarnya beras plastik, sebab berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), Laboratorium Kementerian Perdagangan, dan Laboratorium Kementerian Pertanian hasilnya negatif, tidak ditemukan adanya beras yang bercampur plastik.

Karena masih belum yakin kemungkinan-kemungkinan salah pengambilan sample, menurut Kapolri, ia bersama Menteri Perdagangan Rahmat Gobel telah meminta sample yang masih tersisa di Sucofindo yang sebelumnya menghasilkan data positif adanya beras dicampur plastik untuk diperiksakan lagi ke laboratorium BPOM ke Laboratorium Forensik Polri.
�Hasilnya juga negatif,� tegas Kapolri.

Karena itu, Polri bersama-sama Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kepala Badan POM dan instansi-instansi pemerintah terkait, menurut Kapolri Jendral Badrodin Haiti berkesimpulan, bahwa beras yang diduga plastik itu ternyata tidak ada.

Senada dengan Kapolri, Kepala Badan POM Dr.Ir. Roy Alexander Sparringa, M.App.Sc menyampaikan, bahwa hasil uji yang dilakukan pihaknya, termasuk sample dari Sucofindo menunjukkan negatif.

�Jadi jelas kami ingin sampaikan disini masyarakat diimbau tenang. Kami Badan POM telah menginstruksikan jajaran Badan POM yang di daerah melalui Balai Besar Balai POM seluruh Indonesia untuk bekerja sama dengan lintas sektor, dinas-dinas terkait, Deperindag untuk mengawal kasus ini dan siap untuk menguji jika diduga ada, sejauh ini tidak pernah ada, dilaporkan,� tutur Roy.
Hasil Penelitian Berbeda?

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti juga menjelaskan adanya perbedaan hasil uji laboratorium Sucofindo dengan Forensik Polri, BPOM, dan Kemendag terkait beras plastik.

Dalam uji laboratrium, hasil yang dikeluarkan Sucofindo adalah positif mengandung plastik. Namun, hasil yang dikeluarkan pihak pemerintah yakni Polri, BPOM, dan Kemendag, beras yang diteliti tidak mengandung plastic, terang Kapolri.

Badrodin mengatakan, berbedanya hasil uji tersebut disebabkan perbedaan interpretasi hasil analisis, khususnya pada analisis menggunakan metode QCMS.

"Di mana hasil analisis yang dikeluarkan Sucofindo adalah hasil analisis kualitatif tanpa dilakukan konfirmasi dengan menggunakan senyawa baku atau reference substance dari bahan plastik yang diduga terkandung di dalam sampel yang dianalisis. Itu kemungkinan pertama," ujar Badrodin.

Kemungkinan kedua, sambungnya, bisa terjadi karena adanya kontaminasi pada peralatan analisis yang digunakan dalam proses analisis. "Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi," ujarnya.

"Nah, apa tindakannya? Kami akan diskusikan dengan peneliti-peneliti di laboratorium masing-masing untuk bisa kita koordinasikan, apakah itu betul-betul satu hasil analisis. Karena metodenya sama, sampelnya sama, kok hasilnya beda. Ini tentu jadi pertanyaan bagi kami. Nanti akan kami diskusikan dengan para peneliti yang ada di lab," sambungnya.(her,sg,ram)

Tidak ada komentar